Selasa, 09 September 2008

Zuhud

Dari Abu Sa’id Al –Kudry r.a dia berkata : Rasulullah SAW duduk diatas mimbar, sementara kami ( para sahabat) duduk disekeliling Beliau, lalu Beliau bersabda
“Sebagian perkara yang aku takuti atas kamu sekalian sepeninggalKu adalah apa yang dibukakan bagi kamu sekalian berupa keindahan dunia dan perhiasannya” (Muttafaq alaih )


Hadits tersebut diatas menerangkan atas perlunya sikap zuhud dalam hidup di dunia.
Menurut arti bahasa lafaz zuhud berasal dari kata zahida fiihi wa’anhu zuhdan wa zahaadatan artinya berpaling dari sesuatu, meninggalkan sesuatu karena kehinan atau karena kekesalan kepadanya atau ingin membunuhnya. Lafaz zahida fii asy-syai’i berarti tidak membutuhkannya. Kalimat Zahida fii ad dunyaa berarti meninggalkan hal-hal yang halal di dunia lantaran takut akan hisabnya dan menginggalkan yang haram dari dunia sebab takun akan siksanya
Secara terminology Zuhud adalah ungkapan tentang pengalihan keinginan dari sesuatu kepada sesuatu yang lain yang lebih baik dari padanya atau dasar suatu pertimbangan tertentu. Zuhud didunia ialah meninggalkan kehidupan dunia atas dasar pengetahuan tentang kehinaannya dibandingkan dengan nilai akhirat. Demikian ringkasan pendapat Ibnul Jauzy dalam Min haajul Qaashidiin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Fataawaa menyatakan bahwa zuhud adalah menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat, entah karena memang tidak ada manfaatnya atau entah karena keadaannya yang tidak diutamakan. Karena ia dapat menghilangkan sesuatu yang lebih bermanfaat atau dapat mengancam manfaatnya contoh manfaat yang pasti terjadi maupun manfaat yang diduga akan terjadi
Lebih lanjut dalam kitab Thariiq al hijratain, Ibnu Qayyim membedakan zuhud menjadi tiga jenis yaitu :
1. Zuhud dalam hal-hal yang haram, wajib bagi setiap muslim
2. Zuhud mustahab atau Sunnat yang tergantung pada tingkatan tingkatanya dalam hukum sunatnya dengan menilik sesuatu yang dihindari
3. Zuhud orang-orang yang tekun melakukan perjalanan kepada Allah . Mereka itu ada dua golongan
a. Zuhud di dunia secara total. Maksudnya bukan melepaskan dunia ini dari tangan sama sekali untuk duduk berdiam diri, tetapi mengeluarkan dunia secara total dalam hatinya, tidak membiarkannya mengendap dalam hati, meski sebagian dunia ada ditangannya. Umar bin abdul Azis adalah sosok orang zuhud meski hartanya melimpah dan rakyatnya hidup sejatera. Bahkan Rasullah Muhammad saw sendiri selalu menambah-namabah sikap zuhudnya meski Allah telah menaklukan dunia bagi beliau.
b. Zuhud yang paling berat adalah zuhud pada diri sendiri. Dalam arti menentang kehidupan akhirat yang kekal dan bernilai dari pada kehidupan dunia fana bagi kita. Dia mampu hidup dengan mengambil dunia seukuran bekal seorang pengembara, mereguk hanya sedikit kesenangan, tidak terpedaya oleh gemerlapnya kehidupan dunia, bertawakkal, takut dan berharap untuk mendapat pahala dan mencari ridla Allah
Dengan demikian jelaslah bahwa zuhud berlaku dalam sesuatu yang ada disertai kemampuan dan kesempatan mendapatkannya. Jadi orang miskin tidak dapat dikatakan berzuhud dalam harta karena memang dia tidak punya harta. Zuhud adalah satu kemampuan untuk menghindari atau menjauhi sementara dia memiliki kemampuan juga untuk melakukannya. Zuhud bukan berarti meninggalkan usaha dan kerja mencari penghidupan bukan pula berarti lari dari tanggung jawab kehidupan duniawi secara individual maupun social. Kesempatan hidup di dunia memiliki urgensi untuk tujuan hidup jangka pangang yakni kehidupan akhirat
Kesempatan hidup dunia yang diisi dengan hal-hal yang baik dan positif akan membuahkan kehidupan yang nyaman kelak di akhirat , sebaliknya kehidupan dunia penuh maksiat dan ingkar kepada Allah akan membuahkan penderitaan dan siksa yang pedih dari Nya; na;u zu billa min dzalik

Rabu, 27 Agustus 2008

Berpegang Pada Prinsip

Banyak orang yang hidup dan kehidupannya terombang ambing oleh berbagai pengaruh yang menglingkunginya baik melalui media cetak, media elektronika atau realitas kehidupan yang terjadi di sekelilingnya. Agar hidup ini terasa mudah dan lebih mengarah maka setiap keluarga yang menamakan dirinya keluarga Muslim wajib berpegang pada prinsip ajaran agamanya. Prinsip kehidupan keluarga itu dapat kita simak antara lain dalam Al-Qur’an, Surat Luqman : 12-19, yang memaparkan bagaimana Luqman Al Hakim memberi pengajaran kepada anaknya:
Lebih lanjut marilah kita kaji ulang nasehatnya.
Berkatalah Luqman kepada anaknya :
“Wahai anakku! Lakukanlah apa yang menjadikanmu saling dalam urusan agamamu dan urusan duniamu dan teruslah berbuat sehingga kepentingan itu terselesaikan. Janganlah engkau hiraukan ( komentar ) orang lain, jangan engkau dengarkan (rasakan ) tanggapan-tanggapan mereka, sebab memang tidak ada jalan untuk memuaskan mereka semua dan tak ada cara untuk menjinakkan hati mereka “
“ Wahai anakku ! Ambilah seekor keledai lihatlah bagaimana tanggapan mereka , niscaya mereka tidak senang terhadap seseorang selama-lamanya. Anaknyapun membawa keledai tersebut ke hadapan ayahnya. Naiklah Luqman diatas keledai dan memerintahkan anaknya untuk menuntunnya. Kemudian keduanya melewati kerumunan orang. Mereka berkata : “ anak kecil dibiarkan jalan kaki, sementara yang tua enak-enak diatas keledai ; alangkah kejam dan kasarnya orang itu “. Luqmanpun bertanya pada anaknya : “ Bagaimana tanggapan orang wahai anakku ? Anaknya kemudian menceritakan apa tanggapan mereka
“Kemudian Luqman Al Hakim turun dan menuntun keledai itu sementara anaknya naik diatas keledai, kemudian mereka berdua melewati kerumunan orang selain yang tadi. Mereka berkata cemooh “ teganya anak muda itu naik keledai sedang orang tuanya berjalan kaki alangkah jeleknya dan kurang ajarnya anak muda tersebut !.
Lantas Luqman menanyai anaknya : Bagaimana tanggapan mereka? Anaknyapun menceritakan tanggapan mereka
Selanjutnya Luqman dan anaknya bersama-sama naik diatas keledai berboncengan. Mereka melewati sekawanan orang lain lagi. Tiba-tiba orang-orang itu mecibir “ Betapa kejam kedua orang ayah dan anak itu, teganya mereka naik berboncengan di atas seekor keledai, padahal mereka tidak sakit dan tidak pula lemah.
Luqman pun bertanya lagi kepada anaknya: Bagaimana tanggapan orang-orang itu ? Anakanya lantas menceritakan apa kata mereka setelah mereka berboncengan diatas keledai
Akhirnya Luqman dan anaknya turun dari keledai, sambil menuntunnya hingga mereka berdua melewati sekelompok orang, tiba-tiba orang-orang itu mengecam : Subhanallah………… seekor himar dibiarkan berjalan ( mengganggur ) padahal hewan itu sehat dan kuat, sementara orang tua dan anak pemiliknya hanya berjalan kaki. Bukan sebaiknya salah satu menaikinya
Luqman bertanya pada anaknya “ Bagaimanan tanggapan orang-orang itu ? Anaknyapun menceritakan bagaimana tanggapan orang-orang tadi.
Akhirnya Luqman Al Hakim mengulangi nasehatnya;” Wahai anakku ! bukankah aku telah berkata kepadamu, lakukan perbuatan yang menjadikan engkau salih dan jangan engkau hiraukan komentar orang lain. Dengan berbagai peristiwa ini saya hanya ingin menyampaikan pembelajaran kepadamu

Perjuangan dan Kesabaran

“ Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan ( Kepada Allah) dengan sabar dan mendirikan sholat, sesungguhnya Allah senantiasa beserta orang-orang yang sabar “ (Q.S: 2: 153)
1. Kesabaran
Berulang kali lafal sabar dalam berbagai bentuk lafalnya disebutkan dalam Al Qur’an . Hal ini menunjukan bahwa setiap aktifitas harus dilakukan atas dasar taat kepada Allah (Istiqomah ) melalui upaya yang besar .Menjalani hidup dan kehidupan yang semakin luas seakan tanpa batas ini memang memerlukan perjuangan. Kerapkali terjadi pengolahan batin dalam diri kita yang menyebabkan timbulnya tekanan jiwa. Gejolak batin yang menimbulkan tekanan jiwa tersebut hanya dapat diatasi dengan menumbuhkan sikap bersambar secara lahir dan batin. Sabar dalam taat kepada Allah, sabar untuk tidak ikut berbuat maksiat, sabar untuk tetap sabar ketika menghadapi musibah, sabar atas segala finah dan tipu daya, sabar atas pertolongan yang belum kunjung dating, sabar dalam menghindari tekanan dari pihak lain, sabar atas panjangnya jalan kehidupan yang harus ditempuh, sabar atas kesulitan dan penderitaan hidup yang dialami adalah merupakan suatu upaya dalam perjuangan melewati perjalanan hidup ini
Kadang kita jumpai gangguan-ganguan dari luar diri kita yang semakin mengharuskan tumbuhnya satu kesabaran yang kuat dalam diri kita. Seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang bernama Yahya bin Wasab menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabd






“Seorang muslim yang bergaul dengan orang lain dan sabar atas gangguan mereka adalah lebih baik dari pada orang muslim yang tidak bergaul dengan orang lain dan tidak sabar atas gangguan mereka “ ( HR. At Tirmizi )

2. Hubungan sabar dan shalat
Ketika batin bergejolak dan ketika jiwa tertekan maka kondisi iradah ( kehendak untuk menjalani hidup atas dasar taat kepada Allah ) sering melemahkan kesabaran. Karena kondisi itulah Allah memintahkan agar kita menguatkan kesabaran itu dengan mendirikan sholat. Kita harus selalu sadar bahwa hakekat sholat adalah izharul hajah wa iffiqar ilal ma ‘ bud ( mengampaikan segala kebutuhan dan kekurangan kita kepada Allah sesembahan kita )
Dengan mendirikan sholat Insya Allah timbullah kekuatan rukiyah yang baru berupa keyakinan yang teguh, ketenangan hati, kejernihan piker, keimanan yang kokoh dan ridha menerima taqdir Allah
Adalah suatu keniscayaan bagi manusia yang lemah dan terbatas untuk selalu menghubungan dirinya dengan kekuatan yang maha besar dari Allah azza wa jalla. Permintaan pertolongan dan penyandaran diri sepenuhnya kepada Allah selalu kita lakukan menghadapi gangguan dan godaan yang nampak maupun yang tersembunyi. Shalat Adalah titik tolak dari dunia kecil dan terbatas menuju dunia yang besar. Shalat adalah ruh, salju dan naungan jiwa dikala diterpa kepanasan hidup.

3. Allah menyertai orang yang sabar
Maksudnya, Allah selalu menguatkan, memantapkan, menegakkan, mengawasi dan menghibur orang-orang yang sabar . Allah akan memperbaharui kekuatan yang lemah pada diri orang yang sabar. Allah akan meneguhkan niat dan tekat mereka yang taat kepada Nya dalam menempuh jalan yang masih sangat panjang

Bukti Cinta Kepada Allah

Artinya
Katakanlah” Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Alalh mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Katakanlah “ Taatilah Allah dan RasulNya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir ( QS. Ali Imran 31-32 )

Ayat 31 Surat Al Maidah tersebut diturunkan ketika Rasulullah SAW menyeru Ka’ab bin Al Asyaraf dan orang orang Yahudi sebagai pengikutnya agar meraka beriman kepada Allah. Mereka menyatakan “ Kami ini anak-anak Allah dan kekasihNya (QS:5:18) Kemudian Allah menyuruh Rasulullah agar menyatakan “ Aku ini utusan Allah kepada kali , aku menyerukan agar kalian beriman kepada Nya. Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku dan kerjakan perintahku. Niscaya Allah mencintai dan meridlaimu

Mendengar hal tersebut Abdullah bin ubay tokoh munafiqin Yahudi berkomentar “ Muhammad telah menyamakan taat kepadanya dengan taat kepada Allah, dia menyuruh kita mencintainya seperti orang-orang nasrani mencintai Isa maka turunlah ayat 32 ini
Sesungguhnya, cinta kepada Allah itu bukan hanya pengakuan mulut dan bukan pula hanya khayalan dalam angan-angan, akan tetapi harus disertai sikap mengikuti Rasulullah SAW, melaksanakan petunjuk prakteknya dalam mengamalkan manhaj (ajaran ) Allah dalam hidup keseharian. Iman buka sekedar kalimat yang terucap. Bukan getaran perasaan dalam hati; bukan pula sekedar simbul-simbul kehidupan yang dipanjang ; akan tetapi merupakan wujud pelaksanaan atas aturan Allah yang disampaikan melalui Rasulullah SAW
Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa orang yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi tidak mengikuti jalan hidup yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah orang yang dusta, Demikian pula melaksanakan sesuatu amalan yang tidak sesuai dengan sunnahnya pasti tidak akan diterima oleh Allah SWT
Rasulullah berfirman



“ Barang Siapa melaksanakan suatu amal yang tiada kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak”

Oleh sebab itu cinta kepada Allah harus ditunjukan melalui ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Memalingkan ketaatan kepada Allah dan RasulNya berarti Kufur.
Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam Zaedl ma’adnya menyatakan bahwa barang siapa yang merenungkan sejarah dan informasi yang sahih mengenai pengakuan ahli kitab dan kaum musyrikin atas kerasulan Muhammad Saw tidak menjadikan mereka muslim lantaran mereka tidak taat kepadaNya
Dengan demikian jelaslah bahwa Islam bukan sekedar pengertian pengakuan, ketundukan dan ketaatan akan tetapi Islam adalah pengertian pengakuan, ketundukan dan ketaat kepada agama Allah secara lahir batin. Maka hakikat ke Islaman seseorang akan terbukti pada ketaatannya untuk melaksanakan syariat Allah mengikuti Rasulullah SAW, serta berhukum dan berpedoman hidup kepada Kitab Allah.

Baiti Jannati

Kiranya sebagian besar anda ini telah mendengar kata “Baiti Jannati “ . yang kebanyak memahami kata-kata atau ungkapan itu dengan makna “rumah yang menyenangkan dan menentramkan bagaikan surga “ memang kata “ Baitun artinya rumah, namun yang dimaksud adalah rumah tangga. Sedang Jannati, yang dimaksud “ situasi atau keadaan rumah tangga itu sangat menyenangkan dan menyejukan seolah-olah dalam surga”
Ungkapan ini tepat kiranya bila digambarkan dengan makna ujud bentuk seutuhnya sebuh rumah. Sehingga perlu digambarkan bahwa bangunan itu memerlukan bagian-bagian penting yang mendukung tegaknya bangunan tesebut
Bangunan itu memerlukan antara lain
1. Fondasi
Landasan yang mendasari tegaknya bangunan yaitu Iman. Dimaksudkan bahwa semua pihak anggota keluarga baik Suami, Istri, Ibu Bapak juga anak hendaklah melaksanakan rencana kehidupan berumah tangga selalu mengutamakan dan menerapkan prinsip-prinsip keimanan yaitu hendaklah segala sesuatu diusahakan menuju keharmonisan menurut tuntunan agama dalam rumah tangga. Dan bila terjadi kesalah pahaman segeralah diselesaikan atau di kembalikan sesuai dengan ajaran nya. Bila demikian Insya Allah rumah tangga akan tetap kokoh, tegak dan tegar menghadapi waktu waktu yang akan mendatang
2. Tiang atau pilar-pilar
Penegak bangunan itu hendaklah selalu tercermin pada semua anggota keluarga yaitu : Senang beramal sholih, baik amal sholih yang wajib yaitu Ibadah-ibadah yang mahdloh, juga amal sholih yang sunat dsb. Tak lupa melaksanakan kewajiban berzakat dan shodaqoh serta infaq-infaq yang lain. Hendaklah bershodaqoh serta berinfak itu menjadi kebiasaan setiap hari. Bukankah kita paham bahwa, dengan bershodaqoh dapat menjauhkan bala serta menuntun rizqi-rizqi dari Allah yang berikutnya. Rumah atau rumah tangga yang penghuninya adalah orang-orang yang sholih atau sholihah pula . yaitu mereka adalah orang-orang yang berhak menerima perlakuan yang baik dari siapapun juga, termasuk kerabat dan tetangganya . Insya Allah


3. Dinding
Dari baitu atau rumah tanga itu hendaklah yang dapat melindungi dari terpaan angina maksyiyat dan bahaya lainnya. Adapun dinding rumah tangga itu ialah akhlaqul karimah . Kita tahu bahwa akhlaq itu ada tiga macam yaitu akhlaq kepada Sang Pencipta, Akhlaq kepada diri sendiri dan kepada sesama, atau lingkungannya. Hendaklah selalu satun kepada siapa saja, menghormati orang lain, selalu bertindak jujur, syukur-syukur maupun menjadi contoh atau teladan dalam hidupnya dimana saja berada
4. Atap
Pelindung dari baitu atau rumah tangga itu adalah ridlallah yaitu hendaklah setiap saat semua anggota keluarga selalu memohon keridloNya, dengan cara selalu taat melaksanakan perintahnya serta menjauhi larangNya. Syukur atas segala nikmat yang telah diteimanya. Hidup yang diridloi Allah, yaitu hidup yang sellau dianugrahi ketentraman dan kedamaian disetiap saat
5. Dari rumah tangga itu memancar sinar semangat berjihad fii sabilillah
Yaitu semangat mempertahankan kebenaran dan kesucian agama serta semangat melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangNya, dengan selalu menambah ilmunya agar semakin berbobot atau bermutu ibadahnya. Hendaklah banyak mengikuti majelis-majelis dzikir dan majelis ta’lim di masyrakat Diana kita tinggal. Bila demikian hidup akan Istiqomah meskipun mungkin banyak mengalami cobaan dan musibah dalam mengarungi hidup berumah tangga. Namun Allah pasti akan selalu menolong hambaNya yang Shobar dan Istiqomah, sehingga akan menjadikan musibah itu menjadi atau dirasakan sebagai sebuah anugrah
6. Hendaklah setiap anggota keluarga berusaha mempunyai peranan dalam masyarakat
Setidaknya berusaha tidak akan menjadi beban serta celaan dalam masyarakat. Alangkah indahnya bila keluarga itu semua berprovesi alias tidak pengangguran, Syukur ada yang berprestasi demi kesejahteraan keluarga maupun masyarakat
7. Selalu mengusahan
Agar dalam keluarga itu berkembang perilau suka bermusyawarah dalam menentukan kebijakan apa saja, bersikap qona’ah dan mahabbah. Bila demikian maka Insya Allah ungkapan Baiti jannati serta keluarga Sakinah Mawaddah wa Rohmah akan terwujud dibawah lindungan serta maghfirah Allah SWT

Demikian, semoga bermanfaat dan Allah MeridhoiNya Amin

Pesan Moral Luqman Hakim

Ali bin Hasan bin ‘Abdullah bin ‘Umar Al’Athas, mengutip Sejarawan Ath Thobari yang……….. bahwa Luqmanul Hakim hidup di Habsyi dengan nama lengkap Luqman bin Ba-ura’ bin Nabur bin Tariba . Ada yang menyebut bahwa putra Luqman sebagai seorang kafir yang musrik. Ia tak henti-hentinya memberikan pesan dan peringatan kepada anaknya dengan cara yang baik dan bijak sampai anaknya terpanggil memeluk Agama Islam
Ada pula yang menyebut bahwa putra Luqman seorang muslim yang baik. Adapun pesan Luqman kepada anak-anaknya adalah sesuatu pesan sebagai upaya pencerahan sejak diri kepada putramu agar tidak terjerembab kelembah kemusrikan dan kemungkaran
Dalam bulletin KIPAS ini sudah pernah dimuat beberpa pelajaran yang dapat kita petik dari nasehat Luqman, namun karena begitu banyak pesan-pesan yang bisa kita peroleh, inilah sebagian lain yang bisa kita jadikan toladan
“Wahai anakku! Perhatikanlah baik-baik soal hati dan lidah. Apabila keduanya baik, maka tidak ada sesuatu yang paling baik dari pada keduanya; dan manakala keduanya buruk, maka tidak ada yang lebih buruk dari kedunya”

“Wahai anakku! Juallah duniamu demi kehidupan akhiratmu, niscaya engkau akan memperoleh keduanya dengan beruntung. Janganlah kamu mencampuri urusan dunia terlalu dalam sehingga dapat rusak urusan akhirat dan menyebabkan jauh dengan Allah; dan jangan kamu meninggalkan urusan dunia agar tidak menjadi beban bagi orang lain. Bagaikan engkau tidur begitu keadaan engkau mati dan sebagaimana keadaan engkau bangun begitulah kamu nanti dibangkitkan maka beramallah dengan amal yang sholeh yang akan membuat engkau tidur dan bangun sebagai pengantin baru. Jangan kamu beramal yang buruk, sebab keadaan itu akan menjadikan kamu tidur dan bangun akan dibayangi oleh perasan penuh ketakutan, bagaikan seorang penjahat yang di cari-cari penguasa untuk di tumpahkan daranya

“Wahai anakku! Barang siapa yang mau melihat cacat dirinya sendiri, niscaya ia terhindar dari melihat cacat orang lain, barang siapa yang menyembunyikan kesalahan sendiri niscaya ia membesar-besarkan kesalahan orang lain.
Barang siapa berusaha mencemarkan nama baik orang lain, niscaya terbukalah rahasianya. Barang siapa yang berlaku congkak terhadap orang lain niscaya ia akan tertipu dan barang siapa membangga banggakan diri niscaya ia akan celaka. Barang siapa sedikit bicara ia akan selamat

“SLUKU-SLUKU BATHOK”

Hidup bermasyarakat dapat diibaratkan dengan lalulintas, dimana masing—masing pribadi berkeinginan sampai ke tujuan dengan cepat dan selamat. Karena itu demi keselamatan perjalanan diperlukan adanya peraturan lalulintas atau rambu-rambu lalulintas.
Dalam rangka peraturan lalulintas kehidupan, Allah menetapkan peraturan-peratuan karena Allah lah yang paling mengenal manusia, sekaligus Allah tidak memiliki kepentingan atau pamrih. Karena itu, agama diterjemahkan antara lain, sebagai “peraturan-peraturan Ilahi yang mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Setiap orang yang beriman harus menyadari betapa pentingnya rambu-rambu kehidupan dan betapa agama mengantar manusia menelusuri jalan dengan aman dan selamat hingga sampai ke tujuan. Melewati jalur “Shirathal Mustaqim” ada-ada saja hambatan dan kesulitan yang dihadapi setiap manusia. Namun, setelah berjalan beberapa saat pasti yang ditemui dan dirasakan adalah kemudahan dan kenyamanan.
Itulah sebabnya Rasul silih berganti diutus-Nya, dan Rasul terakhir diberi mandat oleh-Nya yang bersifat global agar perincian peraturan dapat ditetapkan oleh manusia, sekaligus sejalan dengan petunjuk global tersebut. Petunjuk pelaksanaan disertai petunjuk teknis.
Para mubaligh tempo dulu era para wali sangat populer metode dakwah yang diterapkan melalui media kultural, seni dan budaya dapat dijadikan sebagai referensi bagi para pemerthati masalah-masalah agama, sosial dan budaya. Salah satu contoh adalah tembang atau kekidungan sebagai berikut :

Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung montho
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleko dhuwit.

Menurut guru ngaji saya dulu, maksud tembang tersebut kurang lebih demikian :
Sluku-sluku bathok, Bathoke ela-elo : berasal dari Bahasa Arab : Ghuslu-ghuslu bathnaka, artinya mandikanlah batinmu. Membersihkan batin dulu sebelum membersihkan badan atau raga. Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa. Dalam lagu Indonesia Raya juga mendahulukan jiwa lebih dulu : Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya ...
Bathoke ela-elo : batine La Ilaha Illallah : maksudnya hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah, diwaktu senang apalagi susah, dikala menerima nikmat maupun musibah, sebab setiap persitiwa yang dialami manusia, pasti mengandung hikmah.
Si Rama menyang Solo : Mandilah, bersucilah, kemudian kerjakanlah shalat. Allah menciptakan Jin dan manusia tidak lain adalah agar supaya menyembah, menghambakan diri kepada-Nya. Menyadari betapa besarnya anugerah dan jasa yang telah diperoleh manusia dan betapa bijaksana Allah dalam segala ketetapan dan pekerjaan-Nya. Kesadaran ini dapat mendorong seorang hamba untuk beribadah kepada Allah sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima. Manusia sendirilah yang akan memperoleh manfaat ibadah yang dilakukannya.
Oleh-oleh payung muntho : Lailaha Illalah hayyun mauta : dzikir pada Allah mumpung masih hidup, bertaubat sebelum datangnya maut. Manusia hidup di alam dunia tidak sekedar memburu kepentingan duniawi saja, tetapi harus seimbang dengan urusan-urusan ukhrowi. Kesadaran akan hidup yang kekal di akhirat, menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang diperlukan.
Mak jentit lolo lobah wong mati ora obah, nek obah medeni bocah, nek urip golekko dhuwit : Kalau sudah sampai saatnya, mati itu sak jenthitan selesai, habis itu tidak bergerak. Walau ketika hidup sebagai raja diraja, sugih bondo-bandhu, mukti wibawa, ketika mati tidak ada yang dibawa. Ketika masih hidup supaya berkarya, giat berusaha.
Demikian, kilas balik rekaman masa kanak-kanak ketika ngaji di surau. Jethungan, gebak sodor, jamuran dan model-model permainan lainya, penuh simbol menuju kesadaran beragama. Dengan sarana-prasarana serta serta fasilitas yang murah-meriah, pesan-pesan moral dapat terserap di hati masyarakat.
Dakwah keagamaan dalam perkembangannya telah mengalami berbagai perubahan bentuk cara dan penekanan. Dahulu pemaparan ajaran agama dititik beratkan pada usaha mengaitkan ajaran-ajarannya dengan alam metafisika, sehingga surga, neraka, nilai pahala dan beratnya siksaan mewarnai hampir setiap ajakan keagamaan.
Dalam zaman perkembangan IPTEK sekarang ini aktivitas keagamaan pada umumnya dimaknai oleh usaha menghubungkan antara ajaran agama dan pembangunan masyarakat. Ajaran agama diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pembangunan dalam arti luas sambil membentengi penganut-penganutnya dari segala macam dampak negatif yang mungkin terjadi akibat kemajuan IPTEK, akibat pembangunan.
Tembang sluku-sluku bathok sekedar contoh bagaimana para mubaligh tempo dulu menyampaikan pesan-pesan ajaran agama yang dikemas sedemikian rupa sehingga terkesan di hati. Rupanya, kita masih harus banyak belajar memilih dan memilah materi dakwah. Kalau tidak, mungkin diam lebih bermanfaat daripada bicara.